BERPIKIR SISTEM

Sistem dalam keseimbangan yang biasa disebut zero sum game merupakan interaksi antar
elemen dalam sistem yang tidak ada yang dirugikan. Sebagai contoh adalah sebuah
pabrik kertas yang melakukan upaya penebangan hutan kayu secara terus-menerus,
maka pihak yang diuntungkan adalah pabrik kertas dan pihak yang merugi adalah
hutan dan lingkungan, ini bukan merupakan zero
sum game. Untuk contoh zero sum game
seperti sistem antara petani dan hutan. Petani melakukan reboisasi-konservasi
hutan secara teratur, maka hutan tersebut akan memasok air dan unsur hara yang
cukup untuk lahan pertanian para petani. Sistem seperti ini akan berkelanjutan
karena kedua buah elemen akan saling menguntungkan.
Berpikir sistem merupakan salah satu konsep dan
implementasi berpikir yang masih sangat langka di masyarakat kita. Di setiap
permasalahan yang ada selalu disebabkan lemahnya pemahaman berfikir kesisteman
serta berperilaku dan berkarya kesisteman. Esensi sistem dan berpikir dan
berperilaku sistem, yang umumnya dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
sebuah organisasi dan lain-lain dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.
Pola
Pikir Sektoral
Pola pikir sektoral
merupakan sebuah pola pikir yang menekankan sebuah penyelesaian masalah dan
analisis terhadap sebuah masalah sesuai dengan bidang terkait. Penyelesaian
masalah dalam pola pikir sektoral ini memiliki kecenderungan dalam membagi-bagi
masalah dalam sektor-sektor terkait tanpa memperhatikan keterkaitan sektor
penyesuaian masalah dan implementasi langsung pada sektor, tanpa mencari
kompromi dan sharing antar sektor. Contohnya seseorang yang memiliki disiplin
ilmu teknik mekanik menyelesaikan sebuah permasalahan permesinan pertanian,
setelah membuat alat pertanian tanpa berpikir bagaiamana para petani bisa
menggunakan alat tersebut, kekuatan ekonomi petani, serta perilaku kerja
petani. Jadi pola pikir sektoral ini dapat mengalami hambatan karena tidak
melibatkan faktor-faktor pendukung lainnya secara utuh dan pada akhirnya tidak
mengalami optimalisasi sistem.
2.
Pola
Pikir Temporal
Pola pikir temporal
merupakan pola pikir yang menganalisis masalah, mengambil kesimpulan,
merekomendasikan solusi, dan mengimplementasikan rekomendasi tersebut secara
temporal (hanya waktu tertentu). Contohnya pertanian menggunakan pupuk
an-organik dapat memacu pertumbuhan tanaman secara terus-menerus yang berpikir
apabila pupuk an-organik dapat memberikan hasil maksimal secara terus-menerus
malah berdampak negatif berupa penurunan kesuburan dan tanah mati. Pola pikir ini
tidak memperhatikan dampaknya diwaktu yang akan datang.
3.
Pola
Pikir Pragmatis
Pola pikir pragmatis
merupakan pola pikir yang menyelasaikan masalah secara pragmatis. Pola pikir
pragmatis ini berusaha keluar dari idealisme, keluar dari cakupan komprehensif dan
membatasi pada komponen-komponen yang terikat langsung dan dipengaruhi oleh
permasalahan yang ada. Pola pikir pragmatis ini hanya dapat dapat digunakan
dalam situasi tidak normal atau krisis, contohnya permasalahan perusahaan dalam
penuntutan kenaikan gaji.
4. Pola Pikir Insidential
Pola
pikir insidental merupakan sebuah pola pikir yang penyelesaian masalahnya hanya
pada suatu kejadian tertentu. Jika terjadi sebuah masalah maka penyelesaian
masalah tersebut hanya berdasarkan pada kejadian tersebut. Contohnya seorang
pemimpin yang mengambil sebuah keputusan dengan mengambil jalan keluar hanya
berdasarkan kejadian tertentu saja tanpa melihat kejadian-kejadian sebelumnya.
5. Pola Pikir Tekstual
Pola
pikir tekstual merupakan pola pikir yang menekankan pada apa yang tertulis atau
yang tersurat dari suatu permasalan tertentu. Pola pikir ini menyelesaikan
masalah dengan mengambil jalan keluar dengan mengumpulkan berkas-berkas formal
yang tertulis, seperti peraturan perundang-undangan, ketentuan-ketentuan
tertulis dan lain-lain.
6. Pola Pikir Kontekstual
Pola
pikir kontekstual merupakan pola pikir yang bertolak belakang terhadap pola
pikir tekstual, dimana pola pikir ini mendasarkan pada apa yang tersirat dari
pada yang tersurat. Contohnya dalam bidang keagamaan berusaha untuk mencari
arti dibalik yang tersurat dengan mengaitkan faktor yang terkait seperti
kesejarahan, kondisi dulu dan sekarang, serta integralistik dan idealisme yang
menjadi bagian yang tak terpisahkan.
7. Pola Pikir Parsial
Pola
pikir parsial merupakan pola pikir yang menyederhanakan cara parsial terhadap
suatu masalah menjadi masalah-masalah yang lebih kecil. Contohnya pembuatan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dimana terdapat komponen
mekanikal, elektrikal, dan civil work. Pembagian pekerjaan menjadi 3 bidang
tersebut selanjutnya menyelesaikan tiap sub-sub komponen dibidang terkait tanpa
melihat komponen dibidang lainnya, seperti permasalahan dibidang mekanik tidak
melihat keterkaitan komponen lain.
8. Pola Pikir Integralistik
Pola
pikir integralistik merupakan pola pikir yang bertolak belakang dengan pola
pikir parsial. Pola integral akan mencoba mengkaitkan antara satu permasalahan
dengan permasalahan yang lain, semakin banyak yang terkait dengan permasalahan
tersebut dengan kaitan yang logis dan realistis, maka semakin bagus
penyelesaian masalah yang akan diusulkan. Sebagai contoh dalam permasalahan
pembagian warisan dimana pola pikir ini mengaitkan berbagai faktor yaitu
kedekatan keluarga, agama, adat istiadat setempat, keadilan, dan faktor lain
yang terkait yang kesemua faktor dapat disimpulkan untuk menyelesaikan
permasalahan pembagian warisan tersebut.
9. Pola Pikir Sistem
Konsep
berpikir sistematik melakukan penyelesaian masalah dengan menangkap suatu
permasalahan dan selanjutnya merespon melalui beberapa jenjang berpikir sesuai
dengan kemapuan. Untuk jenjang yang pertama yaitu berpikir dan mengambil
tindakan berdasarkan kejadian yang dialami. Untuk jenjang yang kedua mengambil
keputusan tindakan berdasarkan sejumlah kegiatan yang terkait serta tren atau
kejadian-kejadian yang pernah muncul.
(sumber: “Pola Pikir
Sistem” oleh Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono)
Kesan-kesan:
Dari buku pola pikir sistem
yang telah saya baca, dapat saya simpulkan bahwa buku ini mengajarkan dan
memberikan sebuah pemikiran bagaimana berpikir secara sistematik terhadap suatu
permasalahan yang dihadapi. Selain itu juga sebagai pedoman yang sangat
bermanfaat dalam menunjang mahasiswa seperti saya yang untuk kedepannya
bagaimana berpikir sistem yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar